• Ahlan Wa Sahlan

  • Kategori

  • MTs. IBRAHIMY

    Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy berdiri pada tanggal 1 Juli 1991  dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Amin yang merupakan Cabang dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Pada awal berdirinya Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy masih berbentuk lembaga non formal yaitu berbentuk sekolah diniyah yang didalamnya diajarkan mata pelajaran agama seperti layaknya sekolah diniyah lainnya atau sekolah di pondok pesantren. Baru pada  1 Juli 1991 secara resmi Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy terdaftar di Departemen Agama, sehingga pada tanggal 1 Juli tersebut ditetapkan sebagai hari jadi  Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy Secang Kalipuro Banyuwangi. Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy tidak terlepas dengan nama KH. Husaini Hafidh Nasrullah, karena beliaulah sebagai inisiator utama lembaga pendidikan yang setingkat SMP ini, dan sejak tanggal berdirinya Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy tersebut beliau ditetapkan sebagai Kepala Sekolah hingga berakhir pada tahun 2010, karena beliau sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Amin yang mengelola 4 lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal (RA) sampai dengan Madrasah Aliyah (MA) ini perlu pengkaderan yang dapat mengembangkan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Amin. Latar belakang berdirinya Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy ini dimulai dari rasa prihatin yang mendalam dari keadaan atau kondisi sosial dan moralitas masyarakat sekitar yang pengetahuannya terhadap pendidikan sangat tipis. Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy berada dilingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam, simpati masyarakat sangat tinggi terhadap keberadaan Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy sehingga segala aktivitas lembaga pendidikan ini mendapat perhatian yang seriaus dan  didukung sepenuhnya oleh masyarakat sekitar, ini terbukti dengan banyaknya putra putri warga sekitar bahkan dari berbagai wilayah yang masuk di Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy. Karena kebetulan sekolah ini didukung oleh fasilitas pondok pesantren, sehingga yang berasal dari wilayah jauh bisa menetap di asrama pondok pesantren. Madrasah Tsanawiyah Ibrahimy sejak berdirinya hingga sekarang terus mengalami perkembangan, sesuai dengan harapan dan Visi MTs. Ibrahimy SEMOGA MTs. IBRAHIMY dapat melahirkan putra putrid Bangsa menjadi Anak yang sholeh dan Sholihah, beriman dan bertaqwa berilmu dan beramal Shalaeh. Amiiin.

Etika ,Moral dan Akhlak,

1. Pengertian

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku, perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.

Di samping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika.

Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya

suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa saja,dianggap tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum.

2. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh

suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :

“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad)

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

B. Akhlak kepada Allah, Sesama manusia, dan Lingkungan.

1. Akhlak kepada Allah

  1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
  2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
  3. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
  4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
  5. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada sesama manusia

a. Akhlak kepada diri sendiri

1)      Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

2)      Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

3)      Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain

b. Akhlak kepada ibu bapak

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

c. Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai.

Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi

pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

3. Akhlak kepada lingkungan

Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas mamakmurkan, mengelola dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.

 

Tinggalkan komentar